Saturday, October 15, 2011

Mengikis Budaya Ngaret


ronalys.blogspot.com

Muak dengan budaya ngaret yang merajalela? Ingin merubah kebiasaan buruk itu menjadi kedisiplinan? atau ingin me-manage diri sendiri agar bisa memanfaatkan waktu secara optimal?
Ngaret berasal dari kata "Karet" yang digunakan kalangan muda sebagai bahasa prokem/gaul, yang berarti
melar atau melonggar dari jadwal waktu yang sudah ditentukan(by Denny, id.answers.yahoo.com). Dengan kata lain, terlambat. Seseorang yang ngaret berarti tidak dapat menaati kesepakatan waktu, dan itu bisa disebut tidak menepati janji.
Agaknya sudah tidak istimewa ketika kita mendengar kata ini. Dari kalangan pelajar sampai elit politik, hal yang sudah 'membudaya' di negeri kita tercinta ini telah menjamur. Budaya disiplin semakin ditinggkalkan, padahal itulah fondasi kokoh yang kita butuhkan untuk membenahi lemahnya karakter di negeri kita.
Pada dasarnya, ketidaksanggupan seseorang untuk datang tepat waktu dapat disebabkan beberapa hal, antara lain:
  1. Banyaknya kegiatan atau pikiran yang dia pikul
  2. Terbiasa ‘ngaret’ sejak dini, dengan kata lain kurang terdidik kedisiplinanya
  3. Pribadi dan sifat yang kurang peka terhadap lingkungan sosial
  4. Ketidaksanggupan(belum, tepatnya) untuk me-manage diri sendiri, juga dalam menentukan prioritas
  5. Alasan lain yang masing-masing dari kita punya sendiri
indowhiz.blogspot.com

Tak dapat ditepis lagi. Walau terlihat sederhana dan biasa, namun kita pun kesal akan keterlambatan. Kita harus ingat bahwa hal besar dan rumit dihasilkan dari hal yang kecil nan sederhana. Sebongkah batu tidak seberapa harganya, namun berapa harganya setelah batu-batu tersebut telah menjadi sebuah rumah yang indah? Sepercik api pada lilin tak berarti bagi pertahanan epidermis kulit kita, tapi apa jadinya bila percikan itu menjalar membakar seisi rumah? Setetes air yang jatuh tak akan terhiraukan, namun apa yang terjadi saat berjuta tetes air telah menjelma menjadi ombak yang besar? Dan sungguh tidak terbayangkan, saat kebanyakan insan muda di negeri kita masih mempertahankan kebiasaan ‘ngaret’. Apa jadinya negeri Indonesia di tangan para pemimpin masa depan tersebut? Peran pendidikan dan kesadaran dari dalam diri memang sangat signifikan dalam hal ini.

sinthyasinthya.blogspot.com

Untuk itu, tak ada salahnya(bahkan harus) bagi kita semua untuk berusaha sekuat hati dan tenaga untuk mengikis budaya tidak ideal ini. Berat memang. Tapi ingatlah, bahwa menanamkan hal yang baik akan membuahkan hal yang baik pula. Apa saja yang mesti dilakukan? Berikut cara-caranya : 

1. Tumbuhkan Niat yang Tulus
Dengan landasan niat yang tulus dari hati nurani, kita punya pijakan untuk melangkah lebih lanjut dan untuk menghadapi ujian yang menghadang.

2. Evaluasi Diri
Perbaiki keburukan kita dengan mencari solusi-solusi yang tepat untuk berbagai masalah jam karet kita. Jangan takut untuk mengubah kebiasaan, selama tujuan kita baik. 

3. Belajar untuk Me-Manage Diri & Menentukan Prioritas
Dengan belajar menjadi manajer bagi diri kita sendiri, kita dapat memanfaatkan waktu yang ada secara efektif. Kita pun akan paham bagaimana mengatur segala kegiatan kita.Apa yang harus didahulukan, yang harus dikesampingkan, dan lain-lain akan dipahami saat kita me-manage dan menentukan skala prioritas.

4. Mulai Buat Perencanaan, berikut Resiko dan Alternatifnya
Tersedianya sebuah rencana memberikan kita acuan dalam menjalani aktivitas. Namun, seringkali rencana tidak berjalan mulus. Sehingga, alangkah baiknya bila resiko dan alternative dari rencana-rencana itu dipelajari. 

5. Menghargai Waktu dan Menghargai Orang lain
Yang tak kalah penting, orang lain mempunyai peran sangat besar dalam kualitas penghargaan kita terhadap waktu. Karena orang lain pulalah yang merasakan akibat secara langsung dari disiplin atau tidaknya perilaku kita.

ziemensislam.blogspot.com

Bagi seorang Muslim, seharusnya hal tentang kedisiplinan sudah melekat dalam dirinya. Allah SWT menyiratkan pelajaran tersebut lewat ibadah wajib bagi Muslim, salah satunya yaitu Shalat. Menyegerakan ke masjid dan berwudhu saat datangnya adzan; tidak melalaikan shalat; kerapihan dan kebersihan diri dalam menghadap Sang Illahi; keharmonisan dalam bacaan & gerakan shalat dengan hati kita; dan hal lain yang ternyata menunjukan dengan jelas bahwa ibadah wajib saja mengajarkan kita untuk menghargai kedisiplinan. Bila shalat seseorang benar, hidupnya pun akan benar. Bila shalat seseorang dilakukan seenak nafsunya, hidupnya pun dijajah seenak nafsunya.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar” [Al-‘Aknabuut(29): 45].

Baik buruknya keadaan suatu bangsa, ditentukan oleh usaha bangsa itu sendiri [Ar - Ra'd(13): 11]. Mulailah untuk disiplin dari hal-hal yang sederhana terlebih dulu. Seperti ibadah, belajar, makan, tidur, atau yang lainya. Jangan kita tunda lagi untuk berusaha memulainya. Menunda-nunda juga salah satu faktor ngaret bukan?
Semakin kita pandai memanfaatkan waktu, semakin berharga hidup kita dijalani.
            







(1.) Demi masa. (2.) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, (3.) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menaati kesabaran. [Al-'Ashr(103): 1-3]

Pranala luar:

0 comments:

Post a Comment

 
;