Wednesday, April 19, 2017

Sekali Lagi, Cinta

.........

Memang kalo sudah cinta,
semua halangan seakan sirna,
kepayahan tak membuatnya nestapa
bahkan logika bagai perhiasan semata



.......

Seorang yang cinta pekerjaanya, rela berlembur bahkan mungkin sampai tak pulang

Emtah ia mempunyai alasan cinta lainya, seperti keluarga atau orang yang berharga
Sehingga membuatnya tak kenal lelah membanting tulang

Sumber: Koleksi Pribadi
















.....
Gunung tertinggi kan didaki,
Lautan terdalam kan disebrangi,
Setidaknya begitulah yang dikatakan puisi

....

Saat yang dicinta dituduh, difitnah, caci maki, ianya kan membela dengan seluruh daya upaya
Berusaha agar yang dicinta tetap tegar dan bertahan, meski tuduhan tersebut benar adanya

Saat yang dicinta mendapat sorak sorai, dukungan, pujian, ianya kan ikut bergembira bersama euforia
Berusaha agar kontribusinya tidak hilang
Meski hanya sekedar memberi selamat atau bersulang

...

Saat yang dicinta dihadapkan pada kompetisi
Telah lebih dulu dirinya menyusun berbagai siasat peperangan
Bahkan bila hanya bertugas di dunia maya
Ia tak segan ikut menyokong demi kebahagiaan yang dicintanya

Kalaulah ia menang, kemenangan sekejap menjadi perayaan
Ucap syukur dan pujian tak kan henti terurai dari lisan

Kalaupun ia kalah, seakan itu menjadi kehormatan
Lose in honor, kalah dengan hormat,
Karena baginya, sang dicinta telah give all the best, sang dicinta tetaplah the best in the deepest heart

Betapapun sang lawan gegap gempita, membawa bukti dan fakta,
Pecinta takkan bergeming
karena hatinya hanyalah diisi oleh apa yang dicintainya

..

Sampai di sini, maka saya katakan bahwa keberhasilan dalam cinta itu relatif
Tergantung dari...
apa yang dicintai;
siapa yang dicintai;
apa tujuan dari mencintai.

Sumber: Koleksi Pribadi
.

Maka saya katakan, perlu sebuah entitas terbesar untuk dicinta
Bukan konteks komparatif, melainkan konteks superlatif, kalo dalam ilmu bahasa
ialah Tuhan Yang Maha Esa
dalam agamaku (Islam), ialah Allah 'azza wa jalla

...

Dengan mencintai-Nya, maka segala tujuan mencinta hanyalah tuk menggapai ridho-Nya

Betapapun manusia melihat sesuatu sebagai keberhasilan, kemenangan, kehinaan, kenestapaan, kesengsaraan, kegagalan...

Semua standarisasinya dikembalikan pada apa yang dikatakan oleh-Nya

.....

Apa yang buruk dan apa yang baik, tidak lagi relatif
Karena telah ada standarisasi mutlak dari Yang Mahakuasa

.......

Insya Allah,
karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui segala baik dan buruk, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang

Apa-apa yang ada dalam ketentuan dan takdir-Nya menjadi kebaikan bagi kita, manusia yang diciptakan-Nya

.........

Mari berdo'a..
Agar cinta kita yang sejati, tetaplah cinta kepada-Nya
Agar mencintai apa-apa yang dicintai oleh-Nya

".......Seseorang akan bersama orang yang dicintainya" (HR Muslim / 1620)
"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" {Q.S. An-Nisa (4) : 69}

Sumber: Koleksi Pribadi

0 comments:

Post a Comment

 
;